Senin, 07 November 2011

Askep sistem urinaria


ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH)

A. Defenisi
ISK (infeksi saluran kemih) adalah infeksi yang terjadi disepanjang saluran kemih termasuk ginjal akibat proliferasi mikroorganisme. Sebagian ISK disebabkan oleh bakteri tetapi jamur dan virus dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh eserchia coli suatu organisme yang sering ditemukan di daerah anus.
          ISK sering terjadi pada wanita salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang terlalu pendek sehingga  bakteri lebih mudah memperoleh akses ke kandung kemih. Factor lain yang berperan adalah kecenderungan menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra pada waktu wanita berhubungan kelamin. Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih adalah pembentukan selaput mucus yang dependen estrogen dikandung kemih, mucus ini mempunyai fungsi sebagai anti mikroba .
          Pada dasarnya proteksi terhadap ISK terbentuk oleh sifat alami urin yang asam dan berfungsi sebagai bahan anti bakteri. ISK terjadi pada laki-laki, terjadi pada usia lanjut dan penyebab tersering adalah prostatitis atau hiperplasia prostat.

B. Jenis ISK
          Infeksi Saluran Kemih umumnya dibagi dalam dua kategori besar
  1. Infeksi saluran kemih bagian bawah (Uretritis, Sistitis, Prostatitis)
  2. Infeksi saluran kemih bagian atas ( Pielo nefritis akut).
Sistitis akut (Infeksi saluran kemih) dan piolenefritris akut(infeksi pelvik dan interstitium ginjal) adalah infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan morbilitas, tapi jarang berakhir dengan gagal ginjal progresif.
Sistitis adalah infeksi infeksi kandung kemih, tempat tersering untuk terjadi infeksi. pielonefritis adalah infeksi pada ginjal tersendiri yang dapat bersifat akut atau kronik.
C. Etiologi
          Organisme penyebab infeksi saluran kemih yang tersering adalah Escherichia coli yang mana menjadi penyebab pada lebih dari 80% kasus. Escherichia coli merupakan penghuni normal colon, organisme tersebut dapat mencapai  kandung kemih melalui uretra. Infeksi dimulai sebagai sistitis pada kandung kemih atau dapat merambat sampai diginjal melalui ureter.
          Kandung kemih dan bagian atas dari uretra biasanya steril, meskipun bakteri dapat ditemukan dibagian bawah uretra. Mekanisme pertahanannya adalah kerja antibakteri  yang dimiliki oleh selaput lender uretra, sifat bakterisidal dari cairan prostat pada pria dan sifat fagositik  epitel kandung kemih.

D. Patofisiologi
          Organisme penyebab penyakit infeksi saluran kemih sewring ditemukan adalah escherchia coli, organisme dapat sampai diginjal melalui aliran darah atau aliran getah bening tapi cara ini jarang terjadi. Pada kebanyakan kasus organisme patogen tersebut dapat mencapai kandung kemih melalui urettra, infeksi dimulai dari sistitis  hanya pada kandung kemih saja dapat pula merambat keatas melaui ureter sampai ke ginjal.
Kateterisasi uretra dan ureter serta sistoskopi sangat sering menyebabkan ISK, pada bayak pasien terutama anak - anak menderita infeksi saluran kemih rekuren dan tampaknya merupakan satu cara bagi organisme untuk memasuki ginjal umumnya diakui bahwa aliran balik dari kemih yang terinfeksi melalui parenkim ginjal mengakibatkan jaringan parut ginjal. Infeksi dimulai dari bagian bawah saluran kemih dapat naik keginjal. Berbagai penyelidikan telah memperlihatkan bahwa medulla ginjal mempunyai sifat yang unik menguntungkan kelangsungan hidup bakteri.
  Peningkatan kerentanan InI tampaknya disebabkan oleh kadar amoniak yang tinggi dan hiperosmolalitas yang mengganggu mekanisme pertahanan hospes seperti migreasi leukosit, pagositosis dan aktifitas komplemen bila berada dalam lingkungan hiperosmotik akan membentuk sferisit atau protoflas dimana mereka menjadi resisten terhadap antibiotika, dan kemudian hari berubah kembali menjadi bentuk asalnya.

E. Manifestasi Klinik
          Tanda-tanda dan gejala yang sering ditemukan antara lain:
  1. Disuria atau nyeri pada waktu berkemih akibat iritasi kandung kemih.
  2. Polikisuria (Peningkatan frekuensi berkemih).
  3. perasaan ingin berkemih.
  4. Adanya sel-sel sdarah putih dalam urin.
  5. Nyeri punggung bawah/ suprapubis.
  6. Demam yang disetai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.
  7. Bau urin yang tidak menyenangkan dan keruh.
  8. Urgensi (tidak miksi).
  9. enuresis nocturnal sekunder (mengompol pada orang dewasa).
  10. Prostatismus (sulit memulai miksi, arusnya kurang deras, berhenti sementara miksi).

F. Diagnostik Test
          Diagnostik pasti ditegakkan dengan kultur organisme melalui urin, terutama dr urin tengah. Sampel ini dikirim ke laboratorium dalam waktu 24 jam dalam lemari es dengan suhu 4 C,bila sulit ambil urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari. Aspirasi supra pubik  berguna para bayi dan dewasa dimana pemeriksaan urin porsi tengah tidak menunjukkan hasil.
  1. Hitung kloloni, terdapat sekitar 100.000 koloni /ml urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai Kriteria utama adanya infeksi.
  2. Kultur urin, untuk menginditifikasi adanya organisme spesifik.
  3. Tews stick,untuk mengetahui adanya proteiunuria,hematuria, glukosuria dan PH.
  4. Pemeriksaan mikroskopis, positif bila terdapat piuria   ( > 2000 leukosit / ml)

G.  Masalah Kolaboratif/komplikasi potensial
Berdasarkan pada data pengkajian, komplikasi potensial mencakup:
-      Gagal ginjal berkaitan dengan kerusakan ginjal yang luas
-      Sepsis

H.   Proses Keperawatan
1)   Pengkajian
Riwayat tanda dan gejala urinarius didapatkan dari pasien yang diduga mengalami  infeksi traktus urinarius. Adanya nyeri sering berkemih, urgensi dan hesistancy serta perubahan dalam urin dikaji didekumentasikan dan dilaporkan. pola berkemih pasien dikaji untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya infeksi traktus urinarius. Pengosongan kandung kemih yany tidak teratur, hubungan antara gejala infeksi traktus urinarius dengan hubungan seksual, prakrek kontraseptif, dan hygiene personal dikaji. Pengetahuan pasien tentang resep medikasi antimicrobial dan tindakan pencegahan juga dikaji. Selain itu, urin pasien dikaji dalam hal volume, warna, konsentrasi, keabu-abuan dan baau yang semuanya itu akan beubah dengan adanya bakteri dalam traktus urinarius.

2)   Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan dapat mencakup yang berikut:
-      Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih, dan struktur traktus urinarius lain.
-      Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan sering berkemih, urgensi dan hesitancy.
-      Kurang pengetahuan tentang factor predisposisi infeksi dan kekambuhan deteklsi dan pencegahan kekambuhan,dan terapi farmakologi.
-      Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyaman nyeri.
-      Ansietas berhubungan dengan  krisis situasional, ancaman pada konsep diri perubahan pada status kesehatan/fungsi peran.

3)   Perencanaan dan implementasi
Tujuan utama dapat mencakup pengurangan nyeri dan ketidaknyamanan; penguarangan sering berkemih, urgenssi dan hesistancy; peningkatan pengetahuan tentang tindakan pencegahan dan modalitas penanganan; tidak adanya komplikasi potensial.

4)   Intervensi keperawatan
§      Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih,dan struktur traktus urinarius lain.
    Kriteria evaluasi ; Melaporkan nyeri hilang / terkontrol., tampak   rileks, mampu tidur/isterahat dengan tepat.
1.   Kaji nyeri,perhatikan lokasi, intensitas ( skala 0 – 10) lamanya.
Rasional :  Memberikan imformasih untuk memebantu dalam  menentukan pilihan / keefektifan intervensi
2.   Berikan tindakan kenyamanan  dengan pijatang punggung; memebantu pasien melakukan posisi yang nyaman; mendorong menggunakan relaksasi/latihan napas dalam ; aktivitas terapeutik
Rasional :  Meningkatkan relaksasi ,memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemanpuan koping.
3.   Dorong menggunakan pemanasaan perineum dan mandi rendam panas
Rasional :  membantu mengurangi ketidaknyamanan dan spasme.
4.   terapi antimicrobial dimulai.A gen antispasmodic
Rasional :  Membantu daalam mengurangi iritabilitas kandung kemih dan nyeri.
§      Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan sering berkemih, urgensi dan hesitancy.
Kriteria evaluasi :Mengurangi frekwensi [sering berkemih], Urgensi, dan Hesistensi.
1.   Dorong pasien untuk minum sebanyak mungkin
Rasional :  untuk mendukung aliran darah renal dan untuk membilas bakteri dari traktus urinarius.Cairan yang dapat mengiritasi kandung kemih (mis : kopi, teh, kola, alcohol) dihindari.
2.   Dorong pasien untuk berkemih tiap 2 – 3 jam dan bila tiba – tiba dirasakan
Rasional :  karena hal ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri   dalam urin, mengurangi status urin dan mencegah kekambuhan infeksi.
3.   Siapkan /dorongan dilakukan perawatan  perineal setiap hari.
Rasional :  Mengurangi resiko kontaminasi / peningkatan infeksi.
4.   Vitamin C,metanamin hipurat (Hiprex), metamin mendelat (Mandelamin)
Rasional : Pengasaman pH kandung kemih memperlambat pertumbhan bakteri
5.   Hindari tanda – tanda penolakan verbal ataupun nonverbal, rasa jijik atau kekecewaan terhadap kegagalan.
Rasional ;  Ekspresi kekecewaan akan menurungkan rasa percaya diri dan tidak membantu dalam mensukseskan program
§      Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyaman nyeri
Kriteria hasil :  Melaporkan perbaikan dalam pola tidur/istirahat, mengunkapkan  peningkatan rasa  sejahtra.
1)  Tentukan kebisaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi
Rasional :  Mengkaji dan mengidetifikasi intervensi yang tepat.
2)  Berikan tempat tidur yang nyaman
Rasional :  Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis.
3)  Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur mis, mandi  hangat dan masase,segelas susu hangat.
Rasional :  Meningkatkan efdek relaksasi. Cacatan ; susus mempunyai kualitas sopofik, meningkatkan sintesis serotonin, neurotransmitter yang membantu pasien dan tidur lebih lam.
4)  kurangi kebisingan dan lampu.
Rasional :  Memberikan situasi kondusif untuk tidur
5)  instruksikan tindakan relaksasi
Rasional :  Membantu mengiduksi tidur.
§      Ansitas berhubungan dengan  krisis situasional, ancaman pada konsep diri perubahan pada status kesehatan/fungsi peran.
Kriteria evaluasi : Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah dan penggunaan sumber secara efektif. Tampak rileks, dapat tidur/ istirahat dengan tepat.
1)  Kaji tingkat rasa takut pada pasien dan orang terdekat. Perhatikan tanda pengingkaran, defresi atau penyempitan fokus perhatian.
Rasional : Membantu menentukan jenis intervensi yang diperlukan.
2)  Jelaskan prosedur atau asuhan yang diberikan.
Rasional : rasa takut akan ketidaktahuan diperkecil dengan informasi atau pengetahuan, perubahan proses pikir dan tingginya tingkat ansietas dapat menurunkan ketakutan.
3)  Dorong orang terdekat berpartisipasi dalam asuhan sesuai indikasi.
Rasional : Keterlibatan meningkatkan perasaan berbagi, menguatkan perasaan berguna, dan memberikan kesempatan individu dan memperkecil rasa takut atau ketidak tahuan.
4)  Dorong dan beri kesempatan untuk pasien  atau orang terdekat mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah.
Rasional : Membuat perasaan terbuka dan kerjasama dan memberikan informasi yang akan membantu dalam identifikasi/ masalah.
§      kurang pengetahuan tentang factor predisposisi infeksi dan kekambuhan deteklsi dan pencegahan kekambuhan,dan terapi farmakologi.
Kriteria hasil :  Menyatakan pemahaman proses penyakit atau prognosis, Mengamati hubungan tanda atau factor predisposisi penyakitnya, berpartisipasi dalam program pengobatan
1   Kaji ulang proses penyakitnya, pengalaman pasien.
Rasional ;  Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan imformasi terapi
2   Dorong menyatakan rasa takut/persaan dan perhatian
Rasional :  Membantu pasien mengalami persaan dapat merupakan rehabilitasi vital
3    Berikan Pendidikan pasien
Wanita yang mengalami kekambuhan infeksi traktus urinarius harus menerima rincian instruksi pada poin-poin berikut:
a. Mengurangi konsentrasi paatogen pada orivisium vaginna   melalui tindaakan hygiene.
      • Sering mandi pancuran daripada mandi rendam, karena bakteri dalam air bak dapat masuk keuretra.
      • Bersikan sekeliling perineum dan meatus uretra setiap setelah defekasi[ dengan geraakan dari depan kebelakang.
b.   Minum dengan bebas sejumlah cairan dalaam sehari untuk membilas keluar bakteri, hindari kopi the, kolaa daan alcohol.
c. Berkemih setiap 2 sampai 3 jam seharidan kosongkan kandung kemih dengan sempurnah.Hal ini mencegah distensi kandung kemih yang berlebihan dan gangguan terhadap suplai darah kedinding kandung kemih yang merupakan predisposisi UTI.
d. Jika hubungan sesual merupakan kejadian yang mengawali berkembangnya bakteriurinaria:
·         Segerah berkemih setelah melakukan hubungan seksual.
·         Minum agens antimicrobial dosis tunggal setelah hubungan seksual.
e.    Jika bakteri tetap muncul dalam urin, terrapi anti microbial jaangka panjang diperlukan untuk mencegah kolonisasi area periuretral dan kekambuhan infeksi. Medikasi harus diminum setelah pengosongan kandung kemih segeraah sebelum pergi tidur untuk memastikan keadekuatan konsentrasi mediaksi selama periode malam hari.
f.     Jika diresepkan pantau dan lakukan tes urin dip-slide(Mikrostix) terhadap adanya bakteri seperti berikut:
·         Cuci sekeliling meatus uretra beberapa kali, menggunakan waslap yang berbeda.
·         Kumpulkan specimen urin aliran tengah
1.   Angkat slide dari container, celupkan kedalam sample urin, dan kembalikan laagi kedalam container.
2.   Simpan slide pada suhu ruang sesuai dengan petunjuk produk
3.   Baca hasilnya dengan membandingkan slide dengan grafik densitas koloni yang menyertai produk tersebut.
4.   Awali terapi sesuai resep dan selesaikan medikasi.
5.   Beritahu tenaga kesehatan jika terjadi demam atau jika tanda-tanda menetap.
g.    Konsul ketenaga kesehatan secara teratur untuk tindak lanjut, kekambuhan gejaala, atau infeksi non responsive terhadap penanganan.

Pemantauan dan Penatalaksanaan Komplikasi.
 Pengenalan ISK secara dini dan penanganan secara cepat sangat penting untuk mencegah kekambuhan infeksi dan kemungkinan komplikasi seperti gagal ginjal dan sepsis. Tujuan penangannan adalah untuk mencegan ibnfeksi agar tidak berkmbang dan menyebabkan kerusakan renal permanent dan gagal ginjal. Terapi antimicrobial yang tepat, minum aciran dalam jumlah bebas, sering berkemih dan tindkkn hygiene biasanyan dianjurkan dalam rangka penataalaksanaan ISK. Pasien diinstruksikan untuk memberitahukan dokter jika terjadinkelemahan, mual ,muntah atu pruritus. Pemantauan fungsi renal secara berkala (klirens kreatinin, BUN, kadar kreatinin serum) dapat diindikasikan pada pasien yang mengalami ISK berulang. Jika kerusakan renal yang luas terjadi, dialysis mungkin diperlukan.
Pasien ISK terutama yang mengalami infeksi akibat kateterisasi, beresiko tinggi mengalami sepsis oleh bakteri gram negatif. Kateter indwelling harus dihindari, dan jika perlu diangkat sedini mungkin. Namun demikian jika kateter indwelling diperlukan, intrevensi keperawaataan yang spesifik harus dilakukan untuk mencegah infeksi. Hal ini mencakup teknik aseptic yang ketat selama melakukan tindakakn insersi menggunakan kateter berukuran keci jika mungkin; memfiksasi keteter dengan perekat untuk mencegah pergerakan;melakukan inspeksi dengan sering terhadap warna., baud an konsistensi; dengan cermat lakukan perawatan perineal dengan menggunakan air dan sabun setiap hari; dan pertahankan system tertutup ketika mengambil contoh specimen.
Kaji dengan cermat tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran menunjukan adanya sepsis.Kultur darah positif dan peningkatan hitung sel darah putih dilaporkan pada dokter.Terapi antimicrobial yang tepat dan pemberian cairan dalam jumlah besar diresepkan(terapi antimicrobial dan cairan secara intra vena mungkin diperlukan). Pencegahan sepsis merupakan kunci yang segnifikan terhadap laju mortalitas pada sepsis gram negative, terutama pada pasien lansia.

e.     Evaluasi
Hasil yang di harapkan :
1.   memperlihatkan berkurangnya rasa nyeri dan ketidaknyamanan.
a.    melaporkan berkurangnya nyeri, urgency, disuria atau hesistensi pada saat berkemih.
b.   Minum analgesic dan agents antimicrobial sesuai resep.
c.    Minum 8 – 10 gelas air setiap hari.
d.   Berkemih setiap 2 – 3 jam.
e.    Urine yang keluar jernih dan tidak berbuah.
2.   pengetahuan mengenai tindakan pencegahan dan modalitas penanganan yang diresepkan meningkat.
3.   bebas komplikasi.
a.    melaporkan tidak adanya gejala infeksi atau gagal ginjal (mual, muntah, kelemahan, prurius).
b.   Kadar BUN dan kreatinin serum normal, kultur darah dan urine negatife
c.    Memperlihatkan tanda-tanda vital dan suhu yang normal; tidak ada tanda sepsis
d.   Mempertahan haluaran urine yang adekuat (>30 ml/jam).
4.   Klien melaporkan kecemasan mulai berkurang
5.   klien melaporkan pemenuhan istirahat tidur yang cukup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar